Berbagi Pengalaman Hidup

Jumat, 01 Mei 2009

Sisi yang Terabaikan


Negara mengendalikan dan mengatur agar pemenuhan kebutuhan hidup pokok tersebut dapat seimbang antara kebutuhan lahiriah dengan rohaniah sehingga tujuan kebahagiaan atau dengan kata lain masyarakat yang adil dan makmur yang diridhoi oleh Tuhan Yang Esa yang ingin dicapai bangsa Indonesia dapat tercapai dengan sebaik-baiknya.

Pemerintah perlu menyikapi dengan political will yang nyata untuk membuktikan akan berusaha memenuhi kebutuhan hidup seluruh rakyat melalui program pembangunan yang direncanakan bersama antara pemerintah dan seluruh komponen bangsa. Mengenai kebersamaan ini sangat strategis peranannya karena kebersamaan sebagaimana diutarakan di atas, merupakan kodrat manusia selalu hidup bersama.

Kalau demikian perencanaan dan pelaksanaan pembangunan seperti apa yang dibutuhkan bangsa Indonesia saat ini? Jawabannya adalah pembangunan yang direncanakan dan diselenggarakan bersama serta berkesinambungan sehingga dapat mewujudkan bangsa yang maju, yaitu bangsa yang cerdas secara intelegensia, emosional dan spiritual yang dilandasi keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Pencipta.

Membangun sarana fisik saja, seperti sarana dan prasarana transportasi, telekomunikasi, perumahan, dan lain-lain tidaklah cukup, jangan diabaikan human building yaitu membangun manusia/bangsa Indonesia itu sendiri, maka pola pembangunan nasional perlu segera dibenahi dan direformasi. Marilah kita perhatikan amanat seperti tercantum dalam salah satu teks syair lagu Indonesia Raya ciptaan W.R.Supratman……..”Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya untuk Indonesia Raya…” Selama ini pembangunan manusia agak terabaikan baru sering diwacanakan, ceramah, diskusi, seminar, belum diwujudkan action malah banyak lips service saja.

Bicara program pembangunan yang dilaksanakan pemerintah diantaranya ada istilah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau dalam bahasa asingnya dikenal human development index, biasanya tiap akhir tahun dievaluasi serta diperlombakan DEPDAGRI antar Daerah Kabupaten dan Kota.

Itu sah-sah saja, namun hendaknya bukan sebatas talks only melainkan yang lebih diperlukan adalah aplikasi program pembangunan bukan sekedar lomba atau angka-angka yang sebenarnya sering tingkat akurasinya diragukan, ya bagaimana akurat? Data Biro Pusat Statistik (BPS), dengan PEMDA saja tidak pernah sama angka /datanya padahal sumber data sama dari kelurahan dan kecamatan.

Mengapa itu bisa terjadi? Karena tidak ada kebersamaan dan persepsi yang sinkron diantara berbagai departemen/badan/lembaga/dinas terkait, saya ambil contoh dalam menetapkan kriteria penduduk/ keluarga miskin saja, diskusinya tidak kunjung selesai, kapan kerjanya dong? Kalau bangsa ini tidak mau terus tertinggal kemajuannya oleh negara lain, maka mestinya jangan ragu menetapkan anggaran pendidikan yang memadai, agar sarana dan prasarana serta berbagai fasilitas pendidikan agama dan umum dalam arti luas dapat menghasilkan manusia Indonesia yang cerdas, ahli dan terampil di bidangnya masing-masing dan pengertian cerdas tersebut harus selengkapnya yaitu kecerdasan intelegensia, emosional dan spiritual.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar