Berbagi Pengalaman Hidup

Senin, 25 Mei 2009

PERANG BATU ......NIH YE


PERANG BATU.......NIH YE

Dalam penyelesaian suatu masalah tertentu di negeri ini ada sebahagian masyarakat cenderung kurang percaya dengan diri sendiri ( gak pede ), dia ngajak orang lain/ bila perlu massa sebanyak-banyaknya, mungkin bertujuan agar pihak lawannya merasa takut dan bisa merubah pendiriannya.
Selain itu, orang bicara atau mengutarakan pendapat sudah lazim tanpa mengindahkan norma-norma etika, normat adat dan norma kesopanan, hal mana secara sadar atau tidak kita telah membiarkan kebiasaan buruk itu terjadi, akhirnya terus berkembang menjadi tindakan kekerasan fisik malah dengan merusak benda-benda dan apa saja yang ada di dekatnya tak ayal lagi akan menjadi sasaran anarkis massa.
Celakanya fenomena santun yang berubah menjadi kasar dan anarkis semakin merjalela dimana-mana dan dianggap biasa saja.
Ini suatu kerugian yang luar biasa bagi bangsa ini, karena perubahan perilaku seperti itu tidak akan bisa dilakukan perubahan menuju kepada kondisi semula dalam tempo sekejap.
Padahal sejak lama bangsa Indonesia itu dikenal sebagai bangsa yang berbudaya tinggi, ramah tamah, sopan santun serta menjunjung tinggi norma adat dan agama.
Perubahan pola perilaku sebagaimana diutarakan di atas, sekarang ini telah berkembang lebih jauh lagi, dan kita bisa menontonnya di teve yang hampir tiap hari dihidangkan suguhan macam-macam kekerasan serta saling serang satu sama lain.
Mereka menggunakan alat seadanya misalnya batu yang mudah diperoleh dimana-mana, namun mereka selalu kurang puas dengan batu, maka mereka melengkapi pula dengan berbagai senjata tajam seperti : Golok, bambu runcing, pentungan, ketepel, senapan angin dan panah sehingga suasananya mirip seperti permainan perang-perangan zaman kita masih anak-anak, tetapi bedanya yang dilempar anak-anak itu adalah tanah lempung yang tidak akan berakibat bercucuran darah segala.
Pada suatu hari si Dadap dan si Waru kebetulan ikut nonton teve di rumahku, mereka kelihatan agak bermuram durja melihat adegan demi adegan saling serang malahan batu-batu dan lainnya ada yang salah sasaran mengenai polisi yang bertugas untuk melerai dan mengingatkan mereka bahwa perbuatan onar tersebut melanggar hukum.
Kalau nonton film “true story “ tentang perang jaman dahulu, aku sangat suka misalnya film M. Toha Pahlawan dari Bandung Selatan ……itu film favoritku kata si Dadap nyeletuk.
Wah rame juga nonton pertunjukkan adu kekuatan dan mengamati para pelaku ternyata sangat bersemangat saling lempar dan menghantamkan alat-alat tadi kepada lawannya yang masih teman, dan saudaranya sendiri sebangsa, dan setanah air.
Demikianlah potret buram “bangsa yang sedang belajar demokrasi” kata pengamat politik, bukan kata saya lho kata si Waru menimpali.
Si Dadap dengan semangat nanya, maksud loh? La iyalah masa la iya dong jawab si Waru, haree genee masih belajar demokrasi barat yang sudah usang, di negeri pencipta demokrasi bebas seperti itu sudah enggak dipake koq!
Coba kamu renungkan, sebahagian teman, sahabat dan sekaligus saudara kita itu ternyata sedang main film “lorong waktu” set back ke masa silam mungkin sebelum terjadi perang dunia kesatu atau malah bisa jadi balik lagi ke zaman dahulu ( jaman dulu banget) ada perang batu segala….tetapi aneh bin ajaib itu terjadi sekarang pada zaman modern.
Menyedihkan memang, sekaligus memprihatinkan ……. padahal kita mengaku sebagai bangsa yang besar dan berbudaya tinggi namun….. ternyata tidak mau lagi menjunjung tinggi demokrasi berdasarkan falsafah bangsanya sendiri yang dalam pelaksanaannya berkepribadian khas Indonesia yang dilandasi ajaran agama, jadi “just Indonesian character and philosophy is not the same with other countries” hiks hiks (si Waru keselek) tidak bisa melanjutkan omongannya, cape deeeh katanya. Cag.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar