Jumat, 01 Mei 2009
Otak Cerdas Sekaligus Bermoral
Intelegensia, kecerdasan emosional dan spiritual seharusnya dilengkapi pembelajaran dari pengalaman hidup orang lain yang luas serta ketaatan melaksanakan perintah-perintah dan menjauhi larangan-laranganNya yaitu Tuhan Yang Maha Pencipta. Maka kita banyak berharap agar generasi penerus bangsa dimasa depan mempunyai integritas seperti ini, sehingga kehidupan bermasyarakat dan bernegara untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur yang diridhoi Tuhan Yang Maha Esa dapat tercapai.
Kita prihatin dengan berbagai fenomena buruk seperti pelajar yang bunuh diri gara-gara tidak dibelikan sepeda atau tidak bisa bayar iuran sekolah, perkelahian antar pelajar dan mahasiswa tawuran dimana-mana, maraknya pembunuhan, mabuk, judi serta narkoba, kehidupan sex bebas dikalangan pelajar, kawin cerai para artis yang dimuat secara bebas oleh berbagai media infotainment, dan lain-lain.
Bangsa ini telah puluhan tahun merdeka namun kemajuan bangsa ini belum ada kemajuan yang signifikan, misalnya korupsi cenderung dilakukan ramai-ramai dilakukan baik oleh birokrat, wakil rakyat maupun pelaku dari warga masyarakat, pembentukan departemen/instansi/badan/lembaga/dinas/komisi di tingkat pusat dan daerah terlalu banyak sehingga sangat membebani anggaran Negara (mestinya organisasi itu ramping struktur tetapi kaya fungsi),
Bagi-bagi kue kekuasaan atau penempatan kroni (kolusi dan nepotisme), kesadaran hukum yang rendah, disiplin rendah di lingkungan kerja serta ditengah masyarakat, kebersihan dan kelestarian lingkungan sangat menyedihkan, “gemar upacara ceremonial” hampir dua atau tiga kali dalam seminggu diselenggarakan aparatur pemerintah, dan diperparah lagi diantara para pemimpin bangsa ini bicaranya sering lempar batu sembunyi tangan/ intinya lari dari tanggung jawab atau saling salah menyalahkan, alasan-alasan yang dikemukakan tidak rasional bila mendapat kritikan dari masyarakat, kebiasaan ngobrol ngalor ngidul pada waktu jam kerja dikalangan aparat dan dipelbagai lapisan masyarakat “too much talk, do nothing”.
Untuk mengurangi/meminimalisir kerusakan-kerusakan serta membangun bangsa ini, maka peranan orang tua, guru, pemerintah serta hartawan, pemuka agama dan semua elemen masyarakat lainnya harus segera mereformasi system pemerintahan dan pendidikan. Mengapa? Karena peranan aparatur dan partisipasi seluruh masyarakat kan sangat menentukan keberhasilan dalam penyelenggaraan proses pendidikan untuk membangun sumber daya manusia (human resources development).
Pendidikan dan pembinaan yang dimulai dari lingkungan keluarga sampai dengan lembaga-lembaga pendidikan baik itu yang diselenggarakan swasta maupun pemerintah sampai dengan tingkat perguruan tinggi hendaknya diarahkan kepada pembentukan manusia Indonesia yang berintegritas tinggi sebagaimana telah diutarakan di atas, sehingga nantinya bangsa ini mempunyai kecerdasan intelektual / kemampuan akademis, yaitu berperilaku cerdas rasional, cerdas emosionalnya tidak mengedepankan emosi, dan mempunyai keseimbangan dengan kecerdasan spiritualnya/agamis.
Kesimpulan bahwa untuk mencapai cita-cita/tujuan bangsa seperti diamanatkan dalam UUD 1945, maka sekarang ini mesti segera dimulai pembangunan manusia Indonesia yang cerdas intelektual, emosional dan spiritualnya, sehingga terwujud bangsa yang disiplin, sadar hukum, cinta tanah air, mendahulukan kepentingan Negara daripada kepentingan pribadi atau golongannya dan mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya yang terbaik bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat dan negaranya dengan ikhlas berdasarkan landasan spiritual sesuai dengan ajaran agamanya. Semoga!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
itulah kekurangan paling mendasar dari masyarakat indonesia..... tidak seimbang..
BalasHapusjadi klo udah punya jabatan pada korup smua..aji mumpung
indonesia klo gak salah negara terkorup no 4 sedunia
mulai dari level paling rendah sampe elit2 diatas korup semua..